HAFIF ZULKHAIRI
ASSALAMUALAIKUM
Jama’ah shalat jum’ah yang
dirahmati Allah SWT
Khatib mewasiatkan kepada seluruh
para jama’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt. Salah
satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal perbuatan, yang tidak mengharapkan apapun
dan ridha siapapun kecuali hanya ridha Allah Swt. Sehingga amal kita diterima
di sisi Allah serta mendapatkan balasan berupa jannah-Nya yang penuh dengan
kenikmatan.
Hadirin sidang jama’ah
shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT
Hari ini kita dihadapkan pada suatu
masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian manusia menjadi ukuran kemuliaan
dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain. Bahwa orang hebat adalah yang
terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana, orang sukses adalah orang
yang punya kedudukan serta jabatan tinggi.
Orang besar adalah mereka yang
selalu bekecukupan harta dan hidup tanpa kesusahan, serta seabrek
indikator-indikator ‘palsu’ dimunculkan untuk merusak pemahaman manusia tentang
makna kesuksesan dan kemuliaan. Supaya manusia tertipu dan lupa pada hakikat
ketinggian dan kemuliaan yang sebenarnya, yakni ketaqwaan dan ketaatan kepada
Allah. “Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)
Akibatnya, banyak orang yang
akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan manusia, tanpa peduli
lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan itu disenangi dan
dikagumi serta mulia di mata manusia, syariat Allah rela dijadikan tumbal.
Akhirnya, muncullah golongan manusia yang beramal supaya dilihat dan dipuji
oleh orang lain, atau beramal karena riya’.
Mereka berebut agar bisa menjadi objek pujian dan perhatian manusia dalam
setiap amal yang mereka kerjakan. Karena mereka menganggapnya sebagai upaya
‘mengejar kesuksesan’.
Tanpa disadari, sebenarnya mereka
sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa hidup bukan hanya sekedar untuk
mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa, bahwa esensi dari penciptaan
mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya kepada-Nya. Semua
perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti akan mendapatkan
balasan yang setimpal. Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah sendirilah
yang telah menjamin pahala dan balasannya. Lalu, bagaimana mereka yang beramal
dengan menjilat manusia?
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah meskipun ia memperoleh
kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan
kepada manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan
mendatangkan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkanya kepada manusia.”
(HR Tirmidzi).
Imam Muhammad bin Abdurrahman
al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi mengatakan,
“Maksudnya, Allah akan menjadikannya berada dibawah kuasa manusia, lalu mereka
menyakiti dan menganiayanya.”
Yang menyedihkan, penyakit haus
pujian atau riya’ ini ternyata
tidak hanya menyerang kalangan awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru
orang-orang yang faham akan bahaya riya’
itu sendiri. Mereka yang ahli ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta para penghafal
al-qur’an justru lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini.
Kuantitas amal shalih yang mereka
kerjakan, ternyata membuat setan tergiur untuk mengggelincirkan kelompok ini,
agar keikhlasan mereka pudar, dan ganti beramal untuk manusia, pujian, serta
kedudukan. Seorang da’i akan di hasut setan agar berbuat riya’ memperbagus dakwahnya demi
popularitas dan dikatakan sebagai ‘penguasa panggung’.
Para penghafal Al-Qur’an akan
diarahkan supaya beramal demi dianggap sebagai ‘orang yang dekat dengan Kitabullah’. Sedangkan setan akan
menghasut para alim ulama agar mereka beramal supaya dielukan sebagai orang
yang ‘fakih dan faham dalam masalah dien’. Wal ‘iyadzu billah.
Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin menjelaskan tentang definisi riya’,
“Riya’ adalah ibadahnya seseorang
kepada Allah, akan tetapi ia melakukan dan membaguskannya supaya di lihat dan
dipuji oleh orang lain, seperti dikatakan sebagai ahli ibadah, orang yang
khusyu’ shalatnya, yang banyak berinfaq dan sebagainya.”
Intinya dia ingin agar apa yang dikerjakan
mendapat pujian dan keridhoan manusia. Rasulullah menyebut riya’ dengan “syirik kecil”, karena sejatinya pelaku riya’ tidak mutlak menjadikan amalan tersebut sebagai bentuk
ibadah kepada manusia, serta sarana taqarrub
kepadanya. Meskipun begitu, bahayanya tak bisa dianggap sebelah mata.
Jama’ah shalat jum’at yang
dirahmati Allah SWT
Jauh-jauh hari Rasulullah sudah memperingatkan kita
tentang betapa bahayanya “syirik kecil”
ini. Beliau bersabda,
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ
الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ
اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ
تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya:
Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Riya’, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat
saat semua manusia diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang
yang dulu kau perlihatkan amalmu kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah
kalian menemukan balasan disisi mereka?” (HR Ahmad)
Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadush Shalihin, dalam bab Tahriimur Riya’ (pengharaman riya’) menyebutkan sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah. Dalam hadist tersebut Rasulullah
bersabda tentang tiga orang yang pertama kali di hisab pada hari kiamat.
Mereka adalah orang yang mati syahid
dalam pertempuran, seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, serta
orang yang selalu berinfaq di jalan Allah. Setelah mereka dipanggil, maka
ditunjukkan kepada mereka kenikmatan dan pahala yang banyak karena amal shalih
yang telah mereka kerjakan.
Namun ternyata pahala mereka musnah, dan
ketiganya justru menjadi penghuni neraka, karena ternyata amal kebaikan yang
mereka kerjakan di dunia hanya bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian dari
manusia. Mereka menjual pahala dan kenikmatan akhirat demi manisnya ucapan dan
indahnya pandangan orang lain. Na’udzu
billahi min dzalik.
Bagaimana cara kita menjauhi virus yang satu ini? Solusinya
adalah dengan berusaha untuk ikhlas di setiap amal yang kita kerjakan, dan
selalu berupaya protektif menjaganya. Karena setan tak akan pernah menyerah
untuk memberikan bisikan-bisikannya demi menggoyahkan dan merusak keikhlasan
seseorang. Agar manusia menjadi budak sesamanya, beramal untuk kepuasan semu,
serta mencampuradukkan tujuan hakiki amal shalih dengan tujuan bathil.
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ
اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Rasulullah pernah
mengajarkan sebuah doa yang dapat kita jadikan perisai dari perbuatan syirik kecil (Riya’). Beliau bersabda dalam sebuah hadist, “Takutlah kalian terhadap syirik karena dia
lebih halus dari langkah semut.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai
Rasulallah, bagaimana kami harus menghindarinya, sementara dia lebih halus dari
langkah semut?” Maka beliau menjawab: “Berdo’alah dengan membaca:
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ
لِمَا لَا نَعْلَمُ
(Ya Allah,
sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang
kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak kami
ketahui).” (HR Ahmad)
Sayyid Muhammad Nuh dalam kitabnya at-Taujihaad an-Nabawiyyah memberikan
penjelasan, “Agama Islam melarang dan melawan segala bentuk kesyirikan,
sebagaimana yang disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur’an-yang di antaranya
adalah syirik kecil-dengan memberikan ancaman dan peringatan, karena melihat
banyaknya manusia yang lalai darinya, meremehkannya, terperosok kedalamnya, dan
terlumuri oleh kenajisan syirik kecil ini. Hadits ini berisikan do’a agar kita
terlepas dari penyakit syirik kecil yang sering menyelinap ke dalam hati tanpa
kita sadari dan kemudian merusaknya. Sebagaimana seorang pencuri yang
menyelinap ke rumah korbannya, kemudian mengambil barang-barang yang dimiliki,
sedang pemiliknya sedang terlelap dalam tidur.”
Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan hati kita
dan menjauhkan kita dari beramal karena pujian dan penglihatan manusia karena
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui semua yang kita sembunyikan dalam hati. Dan
Allah hanya akan menerima amalan yang ditujukan untuk mencari ridha-Nya semata.
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا
بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : {
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى }
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا
صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
BAGIAN DOA
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ
وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَبالْعَالَميْنَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَبالْعَالَميْنَ
SEMOGA BERMANFAAT
No comments:
Post a Comment